Galatia 2:20
"Namun aku hidup, tetapi
bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.
Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman
dalam Anak Akkah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 105; Lukas 17; Yosua 21-22
Tinggi Smokey seukuran orang dewasa atau sekitar 170cm. Kuda berwarna coklat tua ini sangat ramping, namun penuh otot. Ia kuat, tetapi sangat liar. Selama beberapa tahun belakangan, Smokey sudah berada di perternakan teman saya. Dan selama itu pula, Smokey tidak kunjung menurut pada tuannya. Ia tetap menjadi kuda yang liar.
Cerita Smokey yang liar ini kemudian membuat saya membandingkan diri dengannya. Saya sudah memperhatikan Smokey sepanjang pagi itu, ketika ia menggelengkan kepalanya, menghentak-hentakkan kakinya, juga berjalan dengan gagahnya.
Tidak tahu apa alasannya, saya merasa kalau Smokey juga merasakan bahwa ada yang tidak beres dengan kehidupannya. Dalam hati, saya tahu dia mencoba untuk meluapkan rasa tidaksukanya dengan menghentakkan kaki di balik pagar kandangnya.
Smokey adalah kuda yang indah, kuat dan cepat. Namun, dibalik semua itu, ia adalah kuda yang tidak bisa diatur dan liar. Bagi tuannya, Smokey tidak punya keuntungan ataupun berkontribusi apa pun untuknya.
Saya membandingkan kondisi tersebut dengan diri sendiri: seperti inilah saya sebelum bertemu dengan Tuhan. Saya adalah pribadi yang tegas, angkuh, independen, bebas, tetapi tidak punya nilai apa pun bagi orang-orang di sekitar.
Saya nggak bilang kalau semua sifat tersebut kini telah menghilang, tetapi saya terus berproses dan belajar untuk berserah pada Tuhan di tahun-tahun belakangan ini.
Sebagai orang percaya, kita harus bisa berserah diri pada Tuhan sebelum akhirnya bisa dipakai olehNya. Melalui berserah diri, artinya kita harus mengubur kedagingan kita. Kita harus sesuai dengan karakternya Tuhan.
Istilah yang dipakai oleh para pelatih kuda dalam hal ini adalah 'breaking' kuda itu sendiri. Kuda itu harus bisa mengubur keinginannya sendiri dan berserah pada pelatihnya. Kita juga harus bisa belajar untuk mengubur keinginan kita dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Bapa di surga.
Mark adalah salah satu pelatih kuda terbaik yang pernah saya kenal. Ia pernah berkata, " Dalam melatih kuda, keledai, atau anggota kuda lainnya adalah soal memaksakan kehendak kita pada hewan tersebut dan bagaimana mereka bisa memahami kita sebagai tuannya. Dengan begitu, mereka akan senang ketika melayani kita."
Bukan soal fisiknya yang kuat, ini merupakan kondisi mental yang berdasarkan kepercayaan. Ketika berserah diri pada tuannya, kita percaya kalau kita akan mendapatkan hal yang jauh lebih baik ketika berada sesuai dengan kehendaknya.
Pertanyaannya: Bagaimana kita bisa mati bagi diri sendiri?
Jawaban terbaiknya adalah dengan kembali pada Alkitab, belajar mengenali teladan yang sudah Yesus ajarkan. Lewat teladan Yesus, kita bisa belajar banyak hal, mulai dari mengasihi, bersuka cita, damai sejaktera, pengorbanan, kebaikan, percaya, lemah lembut, dan penguasaan diri (Galatia 5:22). Buah-buah roh adalah karakter kita sebagai pengikut Kristus.
Hari ini, Smokey dan saya melakukan gencatan senjata. Saya memberikannya wortel dan sedikitpun dia tidak menginjak kaki saya. Saya bisa menempatkan jok dan tali padanya, tetapi dia masih belum bisa ditunggangi.
Salah satu hal yang saya temukan ketika berserah dalam Kristus adalah bagaimana Dia memberikan jauh lebih banyak daripada yang bisa kita bayangkan. Dalam Kristus, saya bebas dari obsesi sendiri dan rasa khawatir. Dengan bebas saya bisa merasakan sukacita dalam Kristus.
Semakin saya bisa berserah diri kepada Kristus, saya jadi lebih mudah menerima akan segala sesuatu, rendah hati, suka menolong, dan mengasihi sesama. Lewat ini saya katakan kalau saya bersyukur karena telah mematikan diri sendiri dan menjadi pribadi yang bisa digunakan untuk kerajaanNya.
Hak Cipta © 2017 J.D. Wininger, digunakan dengan izin.